Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘pantai kuta’

Sembulang adalah ibukota kecamatan Galang, kota Batam. Letaknya nun jauh di sudut pulau Rempang. ± 60 km jauhnya dari Batam Center.

Kapan hari Mbak Lusi, staf developer perumahan saya, cerita kalau dia habis jalan-jalan dari pantai wisata sembulang. Katanya pantainya bagus banget! Karena penasaran, akhirnya kemarin siang saya bela-belain motoran berdua bareng sepupu ke Sembulang. Tanpa bekal peta atau apapun, hanya modal nekad dan sedikit ancar-ancar dari mbak lusi. Toh, barelang jalan aspalnya kan cuma segitu doang. Insyaallah gak bakal nyasar.

23 km pertama perjalanan, kami sampai di Jembatan 1 barelang. Istirahat bentar sambil menikmati panorama dari atas jembatan kebanggan batam tersebut. Setelah itu kami langsung melanjutkan perjalanan melewati jembatan 2, jembatan 3, dan jembatan 4. Sejak memasuki Pulau Setoko kiri kanan jalan mulai dipenuhi oleh perkebunan. Kebun-kebun buah naga membentang di mana-mana. Nyata sekali kalau kawasan barelang memang sentra produksi buah naga.

Setelah bokong mulai berasa kesemutan, sampailah kami di sebuah pertigaan. Kalau lurus ke pulau galang, belok kiri ke sembulang. Kami pun belok ke kiri dan harus menempuh 10 km lagi sebelum akhirnya sampai di Sembulang. Fiuh.. lumayan jauh loh dari batam.

Meski berstatus ibukota kecamatan, Sembulang ternyata sepiiii! Kantor camatnya aja pas kami lewat sepi kayak kuburan. Tapi wajar sih, secara hari sabtu. Terus melaju mengikuti jalan aspal, kami kemudian sampai di sebuah pantai wisata. Pantainya berpasir kuning, tak terlalu lebar, dan agak kotor. Hmm.. Ternyata cuma segini pantainya? Kirain sebagus apa.. Sepertinya standar ‘pantai bagus’ Mbak Lusi masih harus di-improve.

Di pinggir pantai sembulang sudah dibangun gazebo-gazebo kecil yang bisa disewa oleh pengunjung. Tarifnya Rp.20.000/gazebo. Nun di seberang laut samar-samar tampak kota Tanjung Pinang, diapit oleh kawasan Senggarang dan Dompak. Gedung-gedung megah di dua pusat pemerintahan tersebut tampak mencolok. Nggak nyangka lho dari barelang kita bisa ngeliat tanjung pinang nun di Pulau Bintan. Pantai sembulang-nya sendiri sebenarnya nggak jelek-jelek amat, tapi juga tidak istimewa. Cuma agak kurang terawat gitu. Dan rasanya gak worth it aja jauh-jauh melintasi 5 pulau dan 4 jembatan hanya demi pantai ini.

Btw, pulang dari barelang oleh-oleh yang paling tepat dibawa pastinya adalah buah naga. Banyak pedagang yang menjual buah 1001 manfaat tersebut di pinggir jalan. Soal harga tentu lebih murah dibanding bandrol harganya di carrefour atau hypermart. Tapi saya sendiri gak beli. Gak suka. 😀

Read Full Post »

Kemarin sore untuk kedua kalinya saya jalan-jalan ke Kampung Piayu Laut. Minggu lalu saya baru dari sini ( dan sudah saya ceritain di sini ), dan minggu ini saya ke sini lagi sebagai ‘tour guide’ teman-teman yang tertarik berkunjung setelah melihat foto-foto di fb/blog saya.

Setelah datang ke sini, semua teman sepakat Piayu Laut memiliki pesona panorama laut yang menawan. Di sinilah tempat yang tepat untuk menikmati laut. Tapi semua juga sepakat, piayu laut punya masalah yang harus dibenahi, sampah. Ya, kalau kamu datang ke sini, kamu akan dengan mudahnya menemukan sampah berceceran di mana-mana, terutama di sekitar pantai. Saya sangat menyayangkan sikap para pengunjung yang datang ke ‘kampung nan lugu’ ini. Kesadaran mereka untuk menjaga kebersihan rendah sekali. Dengan seenak udelnya, mereka meninggalkan sampah di tempat mereka duduk. Padahal sepotong sampah yang mereka tinggalkan, akan jadi 1000 potong sampah jika ada 1000 orang dengan tindakan bodoh yang sama. Kalau sudah sekotor itu, siapa lagi yang mau datang ke sini?? Betapa rendah kepedulian kita pada lingkungan kita sendiri…

Pokoknya, kalau kamu berkunjung ke piayu laut setelah membaca tulisan saya ini, demi Allah saya nggak ridho kalau kamu ‘menyampah’ di kampung ini. Nggak ridho = haram, haram = dosa, dosa = neraka*. Terserah mau bilang saya kejam. #NgancemModeOn

Satu hal lagi, saya kemarin juga melihat maraknya pasangan muda-mudi yang memanfaatkan kampung ini sebagai tempat mesum. Para sejoli itu ke sini bukan cuma buat jalan-jalan menikmati laut, gandengan tangan, duduk senderan, tapi lebih dari itu. Kemarin saya menangkap basah dua sejoli lagi ‘enak’ di balik bebatuan. Pas saya muncul mereka langsung mati gaya.

Helloo para muda-mudi, kalau kalian tidak menghargai hukum tuhan dan nabinya, minimal please kalian menghargai kami, sesama pengunjung yang nggak mau dibuat risih sama adegan mesum kalian. Minimal kalo mau gituan, jangan di tempat umum lah, kasian kan kami yang masih lajang lajang ini.

Sorry jadi curhat. Lupa kalau ini blog jalan-jalan. (_ _’)
Okelah kalau begitu.. Enjoy the photos, mudah-mudahan tertarik jalan-jalan ke sini.. en kalau ke sini tolong jangan nyampah kayak tulisan ini.

Met jalan-jalan!

Read Full Post »

Tanggal 6 – 9 Maret 2009 kemarin untuk kedua kalinya aku travelling ke pulau dewata Bali. Dan baru pada kunjungan kedua inilah aku percaya kalau bali itu memang surganya dunia.

Perjalanan dimulai dari kota Pare Kediri menggunakan bis berkapasitas 30 tempat duduk. Berangkat tanggal 6 Maret jam 2.30 sore, tahukah kau kawan jam berapa kami menjejakkan kaki di bali? Jam 09 pagi tanggal 7 Maret! Bayangkan, perjalanan darat nyaris 20 jam! Itu pun baru sampai di Gilimanuk, bukan di Tanah Lot, tujuan wisata pertama kami. Padahal menurut rundown seharusnya kami sudah tiba Tanah Lot jam 5 subuh. Keterlambatan sampai 5 jam ini disebabkan oleh kecelakaan beruntun di Alas Baluran Banyuwangi, yang mengakibatkan jalan macet hingga berkilo-kilometer. Sabar.. sabar…

Objek wisata pertama yang kami kunjungi adalah Tanah Lot. Tak perlu dijelaskan lagi tanah lot itu bagaimana karena tempat ini memang sudah terlalu popular. Pura di atas karang yang menjadi landmark tanah lot pun habis-habisan kami jadikan background foto. Sayang, saat kami tiba air laut tengah pasang, sehingga kami tidak bisa menjejakkan kaki langsung di pura.

Di bagian bawah karang pura anah lot terdapat sumber mata air tawar. Orang bali menganggapnya air suci, karena berasa tawar padahal berada di air asini. Konon air ini bisa menyembuhkan penyakit, mengentengkan jodoh, hingga mengabulkan permintaan. Boleh percaya boleh tidak.

Satu objek lagi yang menarik di tanah lot adalah Batu Bolong. Berupa tebing batu yang tengah-tengahnya bolong terkena abrasi. Foto-foto di bawahnya pasti keren. Lagi-lagi sayang, saat kami di sana air laut sedang pasang. Huft.

Dari tanah lot rombongan kami bergerak ke Nusa Dua, Tanjung Benoa. Di sini rencananya kita hendak menyebrang ke Pulau Penyu, tempat penangkaran penyu. Sayang, kami tiba terlalu sore dan tak memungkinkan untuk menyeberang. Harusnya dari tanjung benoa kita naik perahu untuk menuju ke pulau penyu. Perahunya glass bottom alias dasarnya terbuat dari kaca, sehingga sepanjang perjalanan menuju kita bisa menyaksikan keindahan dasar laut tanjung benoa.

Tak berlama-lama di tanjung benoa, kami langsung meluncur ke penginapan di Pantai Kuta. Beruntung sekali (setelah berkali-kali sayang) kami mendapat penginapan persis di depan pantai paling terkenal di Indonesia itu. Setelah mandi dan makan, tibalah saatnya bagi kami walking around kawasan kuta.

Malam itu kami rame-rame jalan kaki menuju Monumen Bom Bali I di Jalan Legian. Letaknya sekitar satu kilometer dari penginapan. Di sepanjang Jalan Kuta menuju Legian tempat-tempat nongkrong dan oulet-outlet terkenal berjejer menanti pembeli; Hardrock Cafe, Starbucks Coffe, D&C, Billabong, Surfer Girl dan lain-lain.

Sampailah kami di Monumen Bom Bali I. Di sebuah marmer hitam terpampang 200 nama korban yang meninggal pada peledakan bom 12 Oktober 2002 itu. Patutlah kiranya kita menundukkan kepala sejenak, mengheningkan cipta untuk mereka…

Balik ke penginapan, aku mampir ke pantai kuta. Sekedar duduk-duduk di atas pasir, menikmati udara pantai yang tenang malam itu. Nggak tahu apa setiap malam kuta memang sepi, yang jelas malam itu pantai kuta benar-benar sepi. Hanya satu dua wisatawan lalu lalang. Aku sempat kenalan dengan seorang pria yang tengah menunggu pacarnya pulang kerja. Pacarnya kerja sebagai dancer di salah satu cafe tak jauh dari tempat aku duduk. Kita ngobrol-ngobrol cukup lama, sampai akhirnya dia pergi karena pacarnya sms minta dijemput. Aku juga balik ke penginapan. Istirahat, menyimpan tenaga untuk petualangan besok.

***

Jalan-jalan hari kedua dimulai. Tujuan pertama kita adalah Pusat Oleh-oleh ‘Cah Ayu’. Konon inilah tempat membeli oleh-oleh paling terkenal di bali. Di ‘Cah Ayu’ berbagai jenis makanan ringan yang layak dijadikan buah tangan dijual, seperti dodol aneka buah, brem, sruwa-sruwi, selai pisang, aneka kripik dll. Tapi yang menjadi khasnya Cah Ayu adalah kacang asinnya. Ada satu yang unik, yaitu jajanan yang terbuat dari tomat tapi rasanya persis buah kurma.

Dari Cah Ayu kami meluncur ke Pasar Sukowati. Pasar ini tak boleh dilewatkan kalau anda ke Bali. Oya, di Bali, khususnya kabupaten Gianyar, ada tiga pasar Sukowati; Sukowati Pusat, Sukowati II dan Sukowati III. Kali ini kami mengunjungi Pasar Sukowati Pusat.

Matahari bersinar terik ketika kami sampai di pasar sukowati. Udara terasa semakin panas saat kami blusukan dalam pasar yang pengap. Namun rasa panas itu serta merta sirna ketika kami mulai memilah milih barang, dan tawar-menawar harga. Jangan sungkan-sungkan menawar di sini. Anda malah harus berani menawar sampai 1/3 dari harga yang dipasang penjual. Kalo kamu jago nawar, kamu bisa dapat kaos oblong bali dengan harga kurang dari 10 ribu rupiah perpotong. Murah kan?! Nggak cuma kaos oblong, semua barang kerajinan yang layak dijadikan oleh-oleh dijual di sini; baju, kemeja, sarong pantai, lukisan, kerajinan kayu dll. Komplit deh pokoknya!

Puas belanja sampai dompet kritis, kami lantas bergerak ke objek wisata terakhir di bali, yaitu Danau Bratan. Orang lebih mengenalnya dengan nama Bedugul. Objek wisata ini bisa kamu lihat di uang kertas pecahan Rp.50.000.

Setelah sekitar satu jam perjalanan dari pasar sukowati dengan jalan yang terus naik, sampailah kami di bedugul. Di tengah perjalanan menjelang sampai bedugul, kami sempat melewati sebuah villa yang konon milik Tommy Mandala Putra, anak mantan penguasa orde baru;  Presiden Soeharto. Villa super besar itu tampak terbengkalai. Tapi aura kebesarannya di masa lampau tetap memancar.

Begitu keluar dari bis udara sejuk bedugul langsung menyergap kami. Maklum, bedugul berada di ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Berdiri di pinggir danau bratan dan menatap Pura Ulun Danu yang tegak di tengah danau, rasanya nyawaku seketika tercabut dari dunia dan dengan semena-mena dicampakkanke nirwana. Menatap pura beratap sebelas tingkat dengan latar belakang Gunung Catur yang tertutup awan memberikan ketenangan batin yang luar biasa. Awan-awan yang berarak rendah di atas danau tampak seumpama peri-peri jelita yang terbang pulang ke negeri kayangan. Membuang pandangan ke tengah-tengah danau beratan yang teduh seumpama membuang seribu beban yang telah lama bersarang di dada. Danau beratan, i love u so much.

Selain menikmati keindahan danau bratan dari tepi, kita juga bisa merasakan sensasi berkendara ke tengah danau. Ada tiga pilihan sarana: perahu dayung, perahu bermesin, dan jetski. Untuk berkeliling danau dengan perahu bermesin selama 10 menit anda hanya perlu merogoh saku sebesar 25.000 rupiah. Anda yang hobi mancing juga bisa menyalurkan hobi anda di danau beratan.Tapi please, jangan berharap dapat marlin ya! 🙂

Ketika matahari hampir jatuh di ufuk barat kami pun beranjak meninggalkan bedugul. Perjalanan pulang nan panjang ke kediri pun dimulai. Wisata dua hari mengelilingi pulau dewata usai sudah. Aku sangat menikmati tour keduaku ke pulau seribu pura ini. Dan bisa jadi ini adalah kesempatan terakhirku berwisata ke bali. Setelah ini aku akan pulang ke batam, dan kalau sudah di batam, bali terasa sangaaaaat jauh. Biaya ke bali dari batam pun akan berkali-kali lebih mahal dibanding berangkat dari jawa timur. Kalau sudah di batam mah mikirnya bukan jalan-jalan ke bali lagi, tapi ke singapura atau malaysia. Insyaallah akan kuceritakan juga. 🙂

Read Full Post »