Dibandingkan dengan masjid raya atau masjid agung kota-kota besar lain di Indonesia, Masjid Agung Batam bisa jadi yang termuda. Seandainya pun ada masjid raya yang berumur lebih muda, biasanya masjid pindahan atau hasil renovasi. Jika Masjid Raya Al Mashun Medan sudah berusia 103 tahun, dan Masjid Raya Pekanbaru sudah berumur tak kurang dari 247 tahun, maka Masjid Raya Batam baru berusia kurang lebih 10 tahun.
Masjid Agung Batam, atau lebih dikenal dengan Masji raya Batam(MRB) mulai dibangun pada tahun 1999. Rancangan desainnya dibuat oleh Ir. Achmad Noe’man, seorang arsitek terkemuka Indonesia yang juga merancang masjid Salman ITB. Komplek MRB berdiri di atas lahan seluas 75.000 meter persegi, dan dengan demikian menjadikan MRB sebagai masjid terluas dan terbesar di Batam.
MRB bisa menampung 3500 jamaah. Namun jika masjid penuh, maka halaman dan bagian luar masjid pun bisa digunakan untuk menampung jamaah dengan kapasitas sampai 15.000 jamaah.
Satu yang unik dari MRB adalah atapnya yang tidak berbentuk kubah sebagaimana lazimnya masjid besar di Indonesia. Kubah MRB berbentuk limas segi empat. Bentuk kubah inilah yang menjadi keunikan utama, dan mengilhami bentuk ornamen, kaligrafi, desain serta hiasan dalam masjid.
Mesjid Raya Batam yang terletak di tengah kota, bersebelahan dengan alun-alun engku putri, kantor walikota dan gedung DPRD seolah menjadi simbol masyarakat batam yang agamis. Keberadaan masjid ini juga diharapkan dapat menjadi oase di tengah hiruk pikuk kehidupan modern masyarakat batam.
Foto-foto: Rueltafalla.multiply.com dan sumber lain
Przeczytaj caly blog jest bardzo dobry
dziękuję 🙂